live chat bola168

2024-10-08 06:06:52  Source:live chat bola168   

live chat bola168,angka 63 dalam togel,live chat bola168Jakarta, CNN Indonesia--

Negara-negara Barat saat ini mulai berbalik arah mengkritik Israelatas agresinya di Jalur Gaza, Palestina, yang telah menewaskan belasan ribu orang.

Amerika Serikat, selaku sekutu terdekat Israel, kini mulai melontarkan kritik paling kerasnya kepada Tel Aviv lantaran banyak warga sipil Gaza yang berjatuhan imbas serangan brutal Negeri Zionis.

"Terlalu banyak warga Palestina yang terbunuh, terlalu banyak yang menderita di masa lalu," kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken Saat sedang berkunjung ke India, Jumat (10/11), seperti dikutip Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • Hasil KTT Negara Arab-Muslim soal Israel: Embargo Senjata-Seret ke ICC
  • Jokowi Sentil Israel di AS usai RS Indonesia Gaza Diserang
  • Iran Usul Embargo Minyak ke Israel, Diabaikan Negara-negara Arab

Selain AS, Prancis juga mulai mengkritik agresi Israel di Gaza. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan Israel harus berhenti membombardir Gaza dan membunuh warga sipil.

"Bayi-bayi ini, para perempuan ini, orang-orang lanjut usia ini dibom dan dibunuh. Jadi tidak ada alasan untuk itu dan tidak ada legitimasi. Kami mendesak Israel untuk berhenti," kata Macron dalam wawancaranya dengan BBC.

Macron sendiri menyatakan bahwa Prancis mengutuk tindakan "terorisme" Hamas ke Israel. Kendati begitu, dia tidak setuju Israel membombardir warga sipil di Gaza.

"Namun, meski mengakui hak Israel untuk melindungi diri, kami mendesak mereka [Israel] untuk menghentikan pengeboman di Gaza ini," kata Macron.

Spanyol juga mulai vokal menentang agresi Israel ke Jalur Gaza. Menteri Sosial Spanyol Ione Belarra menyerukan komunitas internasional untuk menjatuhkan sanksi ke Israel yang dinilai tengah "merencanakan genosida" di Gaza.

"Negara Israel harus menghentikan genosida terencana ini terhadap warga Palestina," kata Belarra pada Rabu pekan ini seperti dikutip Al Jazeera.

"Mengapa kita bisa memberikan pelajaran tentang hak asasi manusia dalam konflik lain dan tidak di sini ketika dunia menyaksikan kengerian ini? Kematian ribuan anak, para ibu-ibu berteriak putus asa karena menyaksikan pembunuhan anak-anaknya," ucap Belarra lagi.

Belarra bahkan menyindir negara-negara besar yang seakan tutup mata atas kebrutalan yang terjadi di Jalur Gaza.

"Ada keheningan yang memekakkan telinga di banyak negara dan begitu banyak pemimpin politik yang bisa melakukan sesuatu. Saya berbicara tentang apa yang saya ketahui dengan baik, yaitu Uni Eropa. Tampaknya kemunafikan yang ditunjukkan oleh Komisi Eropa tidak dapat diterima," kata Belarra.

[Gambas:Video CNN]

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau juga akhirnya mendesak Israel melakukan jeda sementara atas agresinya di daerah kantong tersebut. Meski tetap menyinggung kecamannya terhadap Hamas, Trudeau juga menyerukan agar Israel memberikan waktu untuk meredakan situasi di Gaza.

Hal itu, menurutnya, diperlukan untuk membebaskan semua sandera hingga menyediakan koridor aman bagi bantuan dan medis memasuki Gaza.

"Dan saat kita benar-benar melakukan pekerjaan berat yang diperlukan untuk kembali ke jalur solusi dua negara, untuk mulai membayangkan seperti apa masa depan jangka panjang negara Palestina yang layak, aman. Dan di samping negara Israel yang aman, terjamin, maju, dan sukses," kata Trudeau, seperti dikutip CTV News.

Bersambung ke halaman berikutnya...

Norwegia juga mendesak agar jeda kemanusiaan segera dilakukan di Gaza. Perdana Menteri Norwegia Jonas Gahr Store mengatakan hal itu diperlukan di tengah eskalasi konflik yang sudah makin membuat warga sipil menderita akibat kelangkaan kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.

"Norwegia mendukung jeda kemanusiaan [di Gaza]. Kebutuhan kemanusiaan sangat besar," kata Store, seperti dikutip Xinhua.

Jumlah korban tewas imbas agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, sudah melampaui 11.100 orang hingga Minggu (12/11).

Dari total tersebut, lebih dari 8.000 di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.

Kantor media pemerintah Gaza melaporkan serangan terhadap rumah sakit di Gaza, serta upaya Israel mencegah ambulans keluar masuk rumah sakit untuk mengantar pasien dan jenazah, membuat Kementerian Kesehatan sejak Sabtu (11/11) tidak bisa mengeluarkan statistik akurat mengenai jumlah korban tewas dan luka-luka dalam beberapa jam terakhir.

Lihat Juga :
Yordania hingga Saudi Tolak Usul Iran Embargo Minyak ke Israel

"Kami ingat bahwa pasukan pendudukan (Israel) melakukan lebih dari 1.130 pembantaian dan jumlah korban mencapai lebih dari 11.100 orang tewas, termasuk lebih dari 8.000 anak dan perempuan, dan jumlah korban luka lebih dari 28 ribu orang," tulis media tersebut, seperti dikutip Anadolu Agency.

Dalam beberapa waktu terakhir, militer Israel mengintensifkan serangan darat dan udara di rumah sakit-rumah sakit Gaza utara, khususnya RS Al Shifa.

Kendaraan militer Israel ditempatkan di dekat gerbang utama Al Shifa, yang secara langsung menargetkannya di tengah baku tembak serta serangan drone tiada henti.

Tiga badan PBB yang terdiri dari UNFPA, UNICEF, dan WHO telah mengecam situasi horor yang dialami fasilitas kesehatan di Gaza selama lebih dari sebulan agresi Israel tersebut.

Lihat Juga :
RS Al Shifa Gaza Dibombardir, Kemenkes Mau Gali Kuburan Massal

"Dunia tak bisa diam di saat rumah sakit, yang seharusnya menjadi tempat aman, bertransformasi menjadi tempat kematian, ketakutan, dan keputusasaan," demikian pernyataan bersama tiga badan PBB tersebut.

Warga sipil Gaza sendiri hingga kini masih kesulitan mendapat kebutuhan pokok seperti makanan dan air bersih. Sebagian besar rumah sakit juga sudah mulai kolaps karena kehabisan bahan bakar sehingga tak bisa lagi beroperasi.

Bayi-bayi prematur pun harus meregang nyawa akibat tak bisa menggunakan inkubator.

Read more