tile win cash apakah terbukti membayar

2024-10-07 23:37:11  Source:tile win cash apakah terbukti membayar   

tile win cash apakah terbukti membayar,agama neymar,tile win cash apakah terbukti membayarJakarta, CNN Indonesia--

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah kembali menjadi sorotan usai dikabarkan menjadi sasaran serangan yang dilancarkan militer Israelpada Jumat (27/9).

Serangan tersebut menargetkan markas besar Hizbullah di pinggiran selatan ibu kota Beirut, Lebanon. Serangan mengguncang kota tersebut dan menyebabkan kepulan asap tebal.

Kantor berita Axios, mengutip sumber Israel, mengatakan bahwa Hassan Nasrallah menjadi sasaran serangan tersebut. Namun, pihak Hizbullah mengklaim Nasrallah dalam kondisi aman.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan kepada Reutersbahwa Nasrallah masih hidup. Kantor berita Iran Tsanim juga melaporkan bahwa Nasrallah selamat dari serangan.

Sementara itu, militer Israel mengklaim telah melakukan serangan tepat sasaran terhadap markas Hizbullah, yang katanya 'tertanam di bawah bangunan tempat tinggal di jantung Dahiyeh di Beirut'.

Pilihan Redaksi
  • Israel Klaim Tewaskan Sejumlah Komandan Hizbullah
  • Netanyahu di Sidang Umum PBB: Israel Ingin Berdamai, Tapi Sudah Cukup
  • Daftar Negara Ikut Walk Out saat Pidato Netanyahu di PBB

Hassan Nasrallah merupakan pemimpin Hizbullah dan disebut-sebut sebagai dalang yang membantu Hamas melancarkan serangan ke Israel pada 7 Oktober lalu.

Berkat bantuan Hizbullah, milisi Hamas berhasil menyusup masuk ke perbatasan Israel dan melancarkan serangan hingga penyanderaan.

Serangan Hamas itu menjadi pemantik agresi brutal Israel ke Jalur Gaza hingga hari ini telah menewaskan lebih dari 31.400 jiwa.

Lantas siapakah Hassan Nasrallah sebenarnya?

Pria kelahiran 1960 itu berasal dari sebuah keluarga Islam beraliran Syiah di Bourj Hammoud, Lebanon. Ayahnya merupakan seorang pengusaha toko kelontong kecil.

Sejak kecil Nasrallah sudah mempelajari Islam dan digambarkan sebagai murid luar biasa yang mengabdi pada agama.

Supporters of Hassan Nasrallah, the head of Lebanon's militant Shiite Muslim Hezbollah movement, watch him speak through a giant screen at a mosque in the Lebanese capital Beirut's southern suburbs on November 1, 2019. (Photo by - / AFP)Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dikabarkan jadi target utama serangan Israel di Lebanon. (AFP/-)

Namun, sejak perang sipil di Lebanon pecah pada 1975 silam, ia dan keluarganya melarikan diri ke selatan di Beirut.

Dilansir dari Britannica, ia juga pernah bergabung dengan gerakan Amal, kelompok paramiliter Syiah Lebanon yang memiliki hubungan dengan Iran dan Suriah.

Sejak saat itu, ia mulai memperdalam ilmu Syiah hingga berjuang bersama kelompok tersebut.

Namun, invasi Israel ke Lebanon pada 1982 membuat dirinya keluar dari Amal dan bergabung dengan Hizbullah untuk memperdalam ilmu dan perjuangannya.

Kiprahnya dalam kepemimpinan paramiliter tersebut membuat dirinya mendapatkan jabatan yang lebih tinggi pada 1980. Lalu, ia pergi ke Iran untuk melanjutkan pendidikan agamanya di Qom dan kembali berperang di Lebanon pada 1989.

Setelah pemimpin Hizbullah kala itu, Sheikh Abbas Al-Mussawi, terbunuh dalam serangan rudal Israel, dirinya diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Hizbullah.

Lihat Juga :
Gudang Senjata Hizbullah di Lebanon Dibombardir Israel

Nasrallah mempunyai karisma dan pesona yang halus. Hal tersebut membuat dirinya kerap menjadi panutan oleh beberapa anggota Hizbullah.

Di bawah kepemimpinannya, Hizbullah mengembangkan jaringan program kesejahteraan sosial hingga berhasil menarik simpati masyarakat luas. Israel menganggap Hizbullah sebagai lawan yang serius di wilayah Lebanon selatan.

Setelah berhasil memimpin Hizbullah, dirinya menjadi sorotan oleh negara Barat. Ia sempat bernegosiasi dengan AS mengenai gencatan senjata serangan Israel.

Namun, negosiasi tersebut tidak membuahkan hasil secara signifikan.

Hingga pada suatu waktu, serangan Hizbullah terhadap Israel terbukti menjadi faktor penting dan mendorong Israel untuk menarik diri dari Lebanon selatan pada 2000 lalu. Hal ini memperkuat posisi Nasrallah dalam politik nasional yang membuat dirinya mendapatkan banyak pujian.

"Saya tidak percaya negara Israel sebagai negara hukum karena negara ini didirikan berdasarkan pendudukan," ujar Nasrallah, seperti dikutip dari Al Jazeera.

Kiprah politiknya juga terlihat saat ia dan Hizbullah menuntut kursi lebih di parlemen pada 2006. Ia dengan sekutu politiknya mengorganisir aksi protes di seluruh Lebanon selama setahun.

Hingga pada November 2007 ia melakukan boikot untuk menghalangi Majelis Nasional dalam keputusannya memilih presiden baru. Jabatan tersebut pun dibiarkan kosong.

(del/asr)

Read more