grafik sdy paito warna

2024-10-08 03:38:53  Source:grafik sdy paito warna   

grafik sdy paito warna,sdy jumat nagasaon,grafik sdy paito warna

Jakarta, CNBC Indonesia- Ancaman "kiamat" alias kepunahan manusia kembali muncul. Ini merujuk ke peristiwa "great dying" atau kematian besar 252 juta tahun lalu, di mana sekitar 90% kehidupan di Bumi musnah.

Mengutip penelitian terbaru yang diterbitkan jurnal Science akhir pekan kemarin, kematian saat itu terjadi akibat siklus El Nino yang sangat dahsyat (mega El Nino). Hal itu disebabkan kelebihan karbon dioksida di atmosfer yang menimbulkan perubahan iklim, yang pada gilirannya membunuh hampir seluruh spesies di Bumi pada akhir periode Permian.

Pilihan Redaksi
  • Tanda-Tanda Baru 'Kiamat' Muncul di Korsel, Terlihat dari Ini
  • 'Neraka Bocor' di Bumi Kian Nyata, PBB Beri Peringatan Merah!
  • Megatsunami Setinggi 200 Meter Hantam Greenland, Ilmuwan Teriak Kiamat
  • Heboh Pegunungan Arab Saudi Tiba-Tiba Menghijau, Ini Penjelasannya

Temuan ini pun dikaitkan dengan kondisi saat ini. Di mana para peneliti juga memberi warning pada iklim global yang mulai memprihatinkan, di mana efek El Nino serupa bisa memainkan peran pada kondisi bumi di masa depan.

"Apa yang kami tunjukkan adalah bahwa itu adalah krisis kepunahan berbasis iklim," tegas rekan penulis studi, seorang profesor paleoenvironment di University of Leeds di Inggris, Paul Wignall, dikutip CNN International,Senin (16/9/2024).

"Bukan hanya pemanasan, tetapi juga bagaimana iklim meresponsnya," tambahnya.

"Jika kondisinya buruk tetapi konstan, kehidupan dapat berevolusi untuk mengatasinya. Namun faktanya, ini terus terhuyung-huyung dari satu ekstrem ke ekstrem lainnya selama beberapa dekade," jelasnya lagi.

Secara rinci, dalam penelitian itu dikatakan bagaimana dulu, El Nino ada di Samudra Pasifik yang saat itu bernama Samudra Panthalassichal. Ini mempengaruhi cuaca di seluruh dunia.

El Nino itu mempercepat kenaikan suhu dan mengakibatkan banjir serta kekeringan yang menyengat, termasuk melepaskan kebakaran hutan. Ini kemudian menghancurkan semua jenis spesies di seluruh dunia selama setidaknya 100.000 tahun, meskipun vulkanisme juga disebut bisa menjadi penyebab lain.

"Meskipun lautan awalnya terlindung dari kenaikan suhu, mega-El Nino menyebabkan suhu di daratan melampaui toleransi termal sebagian besar spesies dengan kecepatan yang sangat cepat sehingga mereka tidak dapat beradaptasi tepat waktu," kata salah satu penulis utama Yadong Sun, seorang peneliti di Universitas Geosains China di Wuhan, dalam rilis berita.

"Hanya spesies yang dapat bermigrasi dengan cepat yang dapat bertahan hidup, dan tidak banyak tumbuhan atau hewan yang dapat melakukannya," tambahnya.

Sementara itu, seorang peneliti dari Royal Society Newton International Fellow di departemen ilmu Bumi University College London, Alfio Alessandro Chiarenza, mengatakan sekarang akan menarik untuk menemukan bukti dalam catatan fosil tentang bagaimana organisme terpengaruh oleh kepunahan itu. Termasuk aspek biologi mana yang paling parah terkena dampak pergolakan iklim ini.

"Penelitian ini memberikan contoh lain tentang betapa rumit dan saling terkaitnya dinamika iklim ... memengaruhi keseimbangan ekologi. Sebuah peringatan serius mengingat krisis ekologi kita saat ini," katanya Chiarenza, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Baca:
Ngeri Perang Geng Narkoba Acak-Acak 1 Negara, 15 Orang Tewas

(sef/sef) Saksikan video di bawah ini:

Jokowi: Perubahan Iklim Sulit Diatasi Tanpa Investasi Negara Maju

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Tanda Kiamat Ada di Mana-Mana, Mulai Terlihat dari Dalam Kamar Mandi

Read more