bebek 2d

2024-10-08 05:53:51  Source:bebek 2d   

bebek 2d,prediksi forum angka jitu,bebek 2dJakarta, CNN Indonesia--

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) belakangan disebut semakin merenggang imbas invasi Rusiake Ukraina yang tak kunjung usai.

Sejumlah negara semakin menunjukkan perbedaan sikap, utamanya terkait bantuan militer terhadap Ukraina. Menurut pengamat, perpecahan ini mulai sangat terlihat sejak April.

Pada awal April lalu, aliansi pertahanan ini melakukan pertemuan di Brussels, Belgia, untuk membahas perluasan bantuan bagi Ukraina. Namun, pembahasan itu berujung debat karena sejumlah anggota tak setuju.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hungaria adalah salah satu negara anggota yang menolak mendukung paket bantuan ini. Kementerian Luar Negeri Hungaria menegaskan bahwa tujuan utama mereka di NATO ialah melindungi negara mereka dari perang di Ukraina.

Hungaria menganggap NATO sebagai aliansi yang tak terlibat dalam konflik bersenjata tersebut dan akan melakukan segala cara guna menghindari konfrontasi langsung dengan Rusia. Hal ini sesuai dengan keputusan NATO ketika awal perang Rusia-Ukraina meletus.

Oleh sebab itu, memberikan bantuan tambahan kepada Ukraina, menurut Hungaria, hanya akan mendekatkan aliansi dengan peperangan.

Menurut pakar dari Institut Nasional China untuk Pertukaran Internasional dan Kerja Sama Peradilan, Cui Heng, sikap Hungaria yang menentang pendekatan NATO ini dikarenakan negara Eropa tengah tersebut bergantung pada Rusia.

"Hungaria sangat bergantung pada pasokan energi Rusia yang murah. Hungaria juga berselisih dan berkompetisi terkait produk pertanian dengan Ukraina," kata Cui Heng kepada Global Times.

Hungaria dan Rusia memang memiliki hubungan dekat, meskipun Budapest merupakan anggota NATO selaku musuh bebuyutan Rusia.

Hungaria mengandalkan minyak dan gas Rusia untuk stabilitas pasokan energi mereka. Dilansir dariAl Jazeera, Hungaria mendapatkan 85 persen gas alam dari Rusia dan lebih dari 60 persen minyak dari Rusia.

Lihat Juga :
Siapa Pemberontak Mali Tuareg yang Bantai Puluhan Tentara Wagner?

Ketika NATO memutuskan untuk mengembargo minyak Rusia, Hungaria dengan tegas menyatakan tak ikut-ikutan. Menurutnya, mengembargo minyak Rusia sama saja menghancurkan perekonomian dan pasokan energi negara.

"Kami sebelumnya mengatakan bahwa sanksi terhadap batu bara [Rusia] tidak apa-apa karena hal itu tidak berdampak pada Hungaria, namun sekarang kami benar-benar sudah mencapai garis merah, dua garis merah, karena mengembargo minyak dan gas [Rusia] akan merugikan kami," kata Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban pada Mei 2022 lalu.

Selain Hungaria, ada banyak negara-negara anggota NATO dan Uni Eropa yang juga bergantung pada pasokan energi Rusia. Beberapa di antaranya yaitu Slovakia, Turki, Republik Ceko, Yunani, hingga Prancis dan Italia.

Beberapa negara tersebut memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir yang mengandalkan pengayaan uranium dari Rusia.

Lihat Juga :
KBRI Beirut Minta WNI Keluar Lebanon Imbas Perang Israel vs Hizbullah

"Negara-negara ini dahulu diam ketika NATO memutuskan mendukung Ukraina karena itu adalah kebenaran politik yang mutlak. Tapi sekarang, Washington dan Kyiv terus menunjukkan niat untuk mencari cara lain (guna menekan Rusia), sehingga negara-negara ini berani mengungkapkan suara mereka dengan lebih jujur," kata Cui Heng.

Khusus mengenai Hungaria, Polandia baru-baru ini sampai menyampaikan kejengkelannya karena kedekatan negara itu dengan Rusia.

Pasalnya, PM Hungaria Orban awal bulan ini berkunjung ke Rusia untuk menemui Presiden Vladimir Putin di saat negara-negara Barat mengucilkan Putin.

Wakil Menteri Luar Negeri Polandia Wladyslaw Teofil Bartoszewski mengatakan Hungaria lebih baik keluar dari NATO dan Uni Eropa jika tidak sejalan dengan kebijakan mereka.

Lihat Juga :
Israel Serang Beirut, Targetkan Komandan Hizbullah

"Saya benar-benar tidak mengerti mengapa Hungaria ingin tetap menjadi anggota organisasi yang tak mereka sukai, dan yang mereka perlakukan dengan buruk," kata Bartoszewski.

"Kenapa tidak membentuk saja persatuan dengan Putin dan negara-negara otoritarian sejenisnya?" ujar Bartoszewski.

(blq/bac)

Read more