omi88 live

2024-10-09 22:01:59  Source:omi88 live   

omi88 live,sexi togel,omi88 liveJakarta, CNN Indonesia--

Sebuah penelitianterbaru mengungkap cara mendeteksi atau peringatan gempabesar, berhari-hari atau sebulan sebelum bencana terjadi. Bagaimana caranya?

Metode ini dilakukan lewat identifikasi guncangan tektonik tingkat rendah yang sebelumnya pernah terjadi di sebuah wilayah.

Penelitian tersebut telah dipublikasikan di jurnal Nature Communications pada 28 Agustus lalu. Studi dipimpin oleh Tarsilo Girona, ahli geofisika dan ilmuwan data dari Institut Geofisika UAF.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Makalah kami menunjukkan bahwa teknik statistik canggih, khususnya machine learning, memiliki potensi untuk mengidentifikasi prekusor gempa bumi berkekuatan besar dengan menganalisis kumpulan data yang berasal dari katalog gempa," kata Girona, mengutip Physorg, Senin (9/9).

Para peneliti menggunakan algoritma komputer untuk mencari data aktivitas seismik abnormal. Algoritma adalah seperangkat instruksi komputer yang mengajarkan sebuah program untuk menginterpretasikan data, mempelajarinya, dan membuat prediksi atau keputusan yang tepat.

Mereka fokus pada dua gempa bumi besar, yakni gempa bumi Anchorage berkekuatan 7,1 skala Richter pada tahun 2018 dan rangkaian gempa bumi Ridgecrest, California, berkekuatan 6,4 hingga 7,1 skala Richter pada tahun 2019.

Dari data yang ada, para peneliti menemukan sekitar tiga bulan kegempaan regional berkekuatan rendah yang tidak normal telah terjadi di sekitar 15 hingga 25 persen wilayah Alaska Tengah Selatan dan California Selatan sebelum kedua gempa bumi yang diteliti.

Lihat Juga :
Deret Ancaman Megathrust, Bukan Cuma Gempa dan Tsuhami

Penelitian mereka menemukan kejadian sebelum gempa bumi besar sebagian besar terekam oleh aktivitas seismik dengan magnitudo di bawah 1,5.

Dari gempa Anchorage, Girona dan Drymoni menemukan probabilitas bahwa gempa besar akan terjadi dalam 30 hari atau kurang, meningkat tajam hingga 80 persen sekitar tiga bulan sebelum gempa bumi 30 November. Probabilitasnya meningkat menjadi sekitar 85 persen hanya beberapa hari sebelum gempa terjadi.

Para peneliti menemukan probabilitas yang sama untuk rangkaian gempa Ridgecrest untuk preiode yang dimulai sekitar 40 hari sebelum dimulainya rangkaian gempa.

Girona dan Drymoni menemukan penyebab aktivitas geologis berskala rendah terjadi akibat peningkatan signifikan tekanan fluida pori dalam satu patahan. Tekanan fluida pori ini mengacu pada tekanan fluida di dalam batuan.

Lihat Juga :
BMKG Akui Sempat Lakukan Prediksi Gempa, tapi Akurasinya Kurang

Tekanan fluida pori yang tinggi berpotensi menyebabkan pergeseran sesar jika tekanan tersebut cukup untuk mengatasi hambatan gesekan antara blok-blok batuan di kedua sisi sesar.

"Peningkatan tekanan fluida pori pada sesar yang menyebabkan gempa bumi besar mengubah sifat mekanik sesar, yang pada gilirannya menyebabkan variasi yang tidak merata pada bidang tegangan regional," kata Drymoni.

"Kami mengusulkan agar variasi yang tidak merata ini, mengandalkan seismisitas magnitudo rendah yang tidak normal dan bersifat prekusor," lanjutnya.

Girona mengatakan machine learning punya dampak positif yang besar pada penelitian gempa bumi.

Lihat Juga :
Riwayat Gempa Megathrust Guncang RI, Termasuk Tsunami Aceh

"Jaringan seismik modern menghasilkan kumpulan data yang sangat besar yang, jika dianalisis dengan benar, dapat memberikan wawasan berharga tentang prekursor peristiwa seismik," katanya.

"Di sinilah kemajuan dalam pembelajaran mesin dan komputasi berkinerja tinggi dapat memainkan peran transformatif, yang memungkinkan para peneliti untuk mengidentifikasi pola-pola yang berarti yang dapat menandakan gempa bumi yang akan datang," lanjut dia.

Para peneliti menyatakan algoritma mereka akan diuji dalam situasi yang hampir seketika untuk mengidentifikasi dan mengatasi tantangan potensial dalam peramalan gempa bumi. Menurut mereka metode ini tidak boleh digunakan di wilayah baru tanpa melatih algoritma dengan seismisitas historis di wilayah tersebut.

Girona mengatakan membuat prakiraan gempa bumi yang dapat diandalkan memiliki dimensi yang "sangat penting dan sering kali kontroversial".

"Prakiraan yang akurat memiliki potensi untuk menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerugian ekonomi dengan memberikan peringatan dini yang memungkinkan evakuasi dan persiapan yang tepat waktu. Namun, ketidakpastian yang melekat pada prakiraan gempa bumi juga menimbulkan pertanyaan etis dan praktis yang signifikan," ujar dia.

"Alarm yang salah dapat menyebabkan kepanikan yang tidak perlu, gangguan ekonomi, dan hilangnya kepercayaan publik, sementara prediksi yang meleset dapat menimbulkan konsekuensi bencana," katanya.

Benarkah gempa bisa diprediksi?

Kendati demikian, sampai saat ini belum ada pakar, baik dari dalam dan luar negeri yang dapat memprediksi kapan gempa terjadi secara akurat.

"Kalau kita melihat konsep kegempaan yang saat ini memang kita belum bisa memprediksi gempa. Bahkan ilmu dan pengetahuan dan teknologi seismologi saat ini juga belum mendedikasikan untuk sebuah prediksi gempa," kata Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, beberapa waktu lalu.

Pilihan Redaksi
  • Ikan Kiamat Muncul 2 Hari Sebelum Gempa LA, Benarkah Tanda Bencana?
  • Pakar BRIN Ungkap PR Negara Hadapi Ancaman Gempa Megathrust
  • Megathrust, Ilmuwan Dorong Peredam Gempa dari Karet untuk Rumah

Untuk mengetahui mengapa gempa sulit diprediksi, hal yang pertama perlu dimengerti adalah bagaimana gempa bekerja.

Gempa bumi terjadi ketika sebuah patahan atau retakan di kerak bumi bergeser. Jumlah pergeseran yang lebih tinggi pada area yang lebih luas menyebabkan gempa bumi yang lebih besar.

Seluruh patahan tidak tergelincir sekaligus. Sebaliknya, gempa bumi dimulai dari satu titik, yakni suatu lokasi pada patahan yang mendapat tekanan yang lebih besar daripada kekuatannya.

Gempa bumi kecil terjadi sepanjang waktu, bahkan tercatat lebih dari 20ribu gempa bumi di atas magnitudo 4 terdeteksi di seluruh dunia setiap tahunnya.

Peneliti ilmu gempa dan kebumian dari Cornell University Judith Hubbard menyebut gempa bumi besar dimulai seperti gempa bumi kecil, namun dengan kekuatan yang terus bertambah dan lepas sekaligus.

"Setiap peningkatan magnitudo dikaitkan dengan pecahnya patahan sekitar lima kali lebih lama," katanya, seperti dikutip dari Anadolu Agency.

Ia menuturkan gempa M 5 disebabkan oleh pergeseran pada patahan sepanjang 2 kilometer; gempa M 6 disebabkan oleh patahan sepanjang 10 kilometer;

Gempa berkekuatan M 7 sepanjang 50 kilometer; gempa berkekuatan M 8 sepanjang 250 kilometer, dan gempa berkekuatan M 9 pada patahan sepanjang 1.250 kilometer.

Hubbard mengatakan kerusakan menyebar dengan kecepatan beberapa kilometer per detik.Walhasil, gempa berkekuatan 8 SR mungkin terjadi dalam satu atau dua menit.

Ketika gempa bumi bertambah panjang, pergeseran totalnya juga bertambah. Satu sisi patahan bergerak relatif terhadap sisi lainnya, mengubah tekanan di kerak bumi di sekitarnya, dan tekanan yang diterapkan pada patahan di dekatnya.

(tim/dmi)

Read more