snitogel

2024-10-08 04:25:15  Source:snitogel   

snitogel,agenlive,snitogel

Jakarta, CNBC Indonesia - Laju aktivitas manufaktur negara Asia Tenggara (ASEAN) cenderung mengalami penurunan. Beberapa negara bahkan masuk ke jurang kontraksi per September 2024.

Untuk diketahui, PMI manufaktur menggambarkan aktivitas industri pada sebuah negara. Bila aktivitas manufaktur masih kencang maka itu bisa menjadi pertanda jika permintaan masih tinggi sehingga ekonomi cerah.

Data PMI kerap digunakan untuk memahami ke mana arah ekonomi dan pasar serta mengungkap peluang ke depan. Oleh karena itu, negara dengan PMI Manufaktur lebih dari 50 dianggap memiliki industri/manufaktur yang berjalan dengan baik.

Sementara jika nilai PMI Manufaktur kurang dari 50, maka aktivitas manufaktur sedang tidak baik atau dalam kategori kontraksi.

Berdasarkan S&P Global per September 2024, headlinePMI Manufaktur ASEAN berada di angka 50,5 atau lebih rendah dibandingkan Bulan sebelumnya yang sebesar 51,1.

Tercatat di atas titik netral 50,0 selama sembilan bulan berturut-turut, angka terkini menunjukkan perbaikan marginal pada kondisi pengoperasian manufaktur ASEAN, dan merupakan salah satu yang paling lemah sejak Februari 2024.

Perlambatan umumnya disebabkan oleh penurunan tren permintaan. Pertumbuhan permintaan baru menurun, dengan kenaikan terkini merupakan yang paling lemah dalam tujuh bulan.

Kenaikan terhambat oleh volume perdagangan yang rendah yang terus turun sejak 2022. Terlebih lagi, penurunan terkini pada penjualan ekspor baru tergolong tajam dan paling tinggi dalam tiga tahun lebih.

Menanggapi data PMI Manufaktur ASEAN, Maryam Baluch, Ekonom S&P Global Market Intelligence mengatakan bahwa data PMI ASEAN menunjukkan pertumbuhan melambat pada September.

"Output kembali turun, sementara penurunan tajam pada volume perdagangan membebani keseluruhan permintaan yang sedikit naik. Akan tetapi, angka lapangan kerja naik, dan kepercayaan diri membaik, menunjukkan bahwa perusahaan masih mengantisipasi kenaikan output dalam 12 bulan," ujar Maryam.

PMIFoto: PMI Manufaktur ASEAN dari S&P Global
Sumber: S&P Global

Sementara jika dilihat lebih rinci, PMI Manufaktur lima negara di ASEAN seperti Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, dan Myanmar berada di zona kontraksi.

Hanya Filipina yang masih bertahan di zona ekspansif bahkan PMI Manufaktur September Filipina (53,7) terpantau lebih tinggi dibandingkan periode Agustus (51,2).

Sedangkan di Indonesia sendiri, PMI Manufaktur September 2024 terpantau sedikit membaik namun masih dalam kategori kontraksi tiga bulan beruntun atau sejak Juli 2024.

PMI Manufaktur Indonesia tercatat 49,2 pada September 2024 memang lebih kecil dibandingkan pada Agustus. Namun, kondisi tersebut tidak melepaskan fakta jika kondisi manufaktur RI kini sangat buruk.

Paul Smith, Direktur Ekonomi di S&P Global Market Intelligence, mengatakan kembali kontraksinya PMI Manufaktur Indonesia karena lesunya permintaan dari luar negeri akibat lesunya perekonomian global.

Permintaan manufaktur global yang lesu membebani penjualan luar negeri. Permintaan baru di ekspor bahkan turun selama tujuh bulan beruntun dan menyentuh level terendah sejak November 2022.

"Performa sektor manufaktur Indonesia yang kurang menggembirakan terkait erat dengan kondisi makroekonomi global yang umumnya lesu. Perusahaan merespons dengan mengurangi aktivitas pembelian dan lebih memilih untuk memanfaatkan persediaan serta menjaga biaya serta efisiensi operasional," tutur Paul dalam website resmi mereka.

Baca:
PMI Manufaktur RI Jeblok-Terburuk Sejak Pandemi, Menperin Buka Suara

Di tengah permintaan yang lesu, biaya input barang justru meningkat secara signifikan karena faktor nilai tukar yang tidak menguntungkan. Inflasi yang terus melandai ke level terendah setahun bahkan kurang mampu menekan biaya input.

Satu kabar positif adalah perusahaan mulai menambah karyawan. Meskipun kondisi operasional yang kurang menggembirakan, perusahaan menambah tenaga kerja pada September.

Ini adalah kali pertama ada penambahan tenaga kerja dalam tiga bulan terakhir. Langkah ini dilakukan karena pelaku bisnis optimis jika kondisi bisnis akan membaik ke depan.

"Perusahaan menambah jumlah karyawan karena mereka berharap masa depan yang lebih cerah. Di tengah harapan lingkungan operasional yang lebih stabil dan kondisi ekonomi yang lebih baik di tahun mendatang, kepercayaan bisnis meningkat ke level tertinggi dalam tujuh bulan," ujar Paul.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev) Saksikan video di bawah ini:

Prabowo: Hilirisasi Mutlak, Tidak Bisa Ditawar!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">

Read more