kunci piano lagu komang

2024-10-08 05:34:20  Source:kunci piano lagu komang   

kunci piano lagu komang,erek2 kelelawar masuk rumah,kunci piano lagu komang

  • Euforia pemangkasan suku bunga masih akan terasa, terutama setelah Dow Jones dan S&P 500 mencatatkan rekor harga tertinggi
  • Bank Sentral Jepang diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya sambil menunggu data inflasi
  • Bank Sentral China diperkirakan akan memangkas suku bunganya mengikuti The Fed

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia mencatatkan performa apik kala bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat nyaris 1% dan berhasil menyentuh level psikologis 7.900 pada perdagangan Kamis (19/9/2024).

IHSG ditutup melesat 0,97% ke posisi 7.905,39. IHSG kembali mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH), di mana terakhir IHSG mencetak ATH yakni pada perdagangan Selasa lalu di 7.831,78.

Baca:
RI Terancam Kiamat Gula Aren, Awas Jajan Kopi Makin Mahal

IHSG juga berhasil mencetak level psikologis baru di 7.900 dan tinggal sedikit lagi menyentuh level psikologis 8.000.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan mencapai sekitar Rp 14 triliun dengan volume transaksi mencapai 28 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 1,3 juta kali. Sebanyak 304 saham terapresiasi, 248 saham terdepresiasi, dan 249 saham stabil.

Secara sektoral, sektor properti menjadi yang paling kencang penguatannya sekaligus menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini yakni mencapai 2,23%.

Di sisi lain, nilai tukar rupiah terpantau terus menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis (19/9/2024).

Melansir dari Refinitiv,mata uang Garuda ditutup pada level Rp15.230/US$ atau naik sebesar 0,65% dari penutupan sebelumnya (18/9/2024). Rupiah berhasil turun pada level Rp15.200/US$-an.

IHSG dan nilai tukar rupiah ditutup bergairah setelah Bank Indonesia dan The Fed memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya kemarin.

Berdasarkan hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada Selasa-Rabu lalu, BI memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 6,00%, dari sebelumnya di level 6,25%. Sementara suku bunga Deposit Facility juga dipangkas menjadi 5,25%, dan suku bunga Lending Facility menjadi 6,75%.

Baca:
Saham Bank Himbara Melesat, Investor AS - Korea Rajin Akumulasi!

Pemangkasan suku bunga ini adalah yang pertama sejak Februari 2021. BI mengerek suku bunga sebesar 275 bp sepanjang Agustus 2022-April 2024, sebelum kemudian menahannya pada Mei, Juni, Juli, dan Agustus 2024.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate menjadi 6%," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam siaran pers pengumuman suku bunga acuan, Rabu (18/9/2024).

Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 17 lembaga/institusi mayoritas memproyeksikan bahwa BI masih akan menahan suku bunganya di level 6,25%. Sementara terdapat dua institusi yang memperkirakan BI akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 kali ini menjadi 6,00%.

Setelah BI memutuskan untuk memangkas BI rate, kemudian pada Kamis dini hari waktu Indonesia, kabar baik datang lagi dari The Fed, di mana bank sentral Negeri Paman Sam tersebut memutuskan untuk memangkas suku bunga acuannya. Bahkan yang lebih mengejutkan, pemangkasan kali ini cukup besar atau hard landingyakni sebesar 50 bp menjadi 4,75-5,0%.

Pemangkasan sebesar 50 bp lebih besar dibandingkan ekspektasi pasar yang hanya 25 bp. Pemangkasan ini merupakan yang pertama sejak Maret 2020 atau empat tahun lalu saat awal pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bp sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih.

The Fed meyakini inflasi AS sudah bergerak menuju target kisaran mereka di angka 2% sehingga mereka akhirnya memilih untuk memangkas suku bunga. Namun, faktor utama dari pemangkasan sebesar 50 bp adalah tingkat pengangguran AS yang melambung.

"Mengingat kemajuan dalam inflasi dan keseimbangan risiko, Komite memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bp," tulis The Fed dalam website resmi mereka.

Indeks utama Wall Street melonjak pada perdagangan Kamis, dengan Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 naik ke level tertinggi sepanjang masa, karena para pelaku pasar menyambut baik keputusan Federal Reserve pada hari Rabu untuk menurunkan suku bunga sebesar setengah poin persentase.

Indeks 30 saham naik 522,09 poin, atau 1,26%, berakhir di 42.025,19, menandai penutupan pertamanya di atas ambang batas 42.000. S&P 500 naik 1,7% untuk ditutup di 5.713,64, melampaui angka 5.700 untuk pertama kalinya. Nasdaq Composite melonjak 2,51% menjadi 18.013,98.

Para pelaku pasar merasa yakin bahwa The Fed sedang merancang pendaratan lunak untuk ekonomi pada hari Kamis setelah klaim pengangguran mingguan turun 12.000 menjadi 219.000, jauh di bawah perkiraan.

Saham teknologi naik karena pemotongan suku bunga memicu investor untuk kembali pada mood risiko. Saham Nvidia dan AMD melonjak sekitar 4% dan hampir 6%. Micron Technology naik 2,2%. Saham teknologi besar lainnya seperti Meta Platforms dan Alphabet masing-masing naik 3,9% dan 1,5%.

Saham yang diuntungkan dari suku bunga yang lebih rendah juga melonjak pada hari Kamis. Raksasa keuangan JPMorgan Chase naik 1,4%. Saham industri Caterpillar dan Home Depot masing-masing naik 5,1% dan 1,7%.

The Fed menurunkan suku bunga pinjaman semalam menjadi 4,75% hingga 5,00% dari 5,25% hingga 5,50% pada hari Rabu, yang mengejutkan beberapa investor yang mengkritik besarnya pemotongan awal ini. Ini adalah penurunan suku bunga pertama yang dilakukan The Fed dalam empat tahun.

"Tidak mengejutkan melihat pasar bangkit dengan cukup baik hari ini. Kami sudah agak jenuh dengan beberapa perkiraan pertumbuhan laba," kata Timothy Chubb, kepala investasi di Girard Advisory Services.

"Mereka terus bergerak lebih tinggi dalam beberapa minggu terakhir, tetapi secara umum, ada banyak perusahaan di pasar yang benar-benar akan mendapat manfaat dari kondisi kebijakan moneter yang lebih longgar; terutama perusahaan berkapitalisasi kecil," tambahnya.

Pasar keuangan RI hari ini masih akan diselimuti oleh sentimen seputar pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Terutama proyeksi suku bunga di sisa pertemuan tahun ini.

The Fed Pangkas Suku Bunga 50 Basis Poin

The Fed membuat kejutan dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,0% pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pemangkasan sebesar 50 bps lebih besar dibandingkan ekspektasi pasar yang hanya 25 bps. Pemangkasan ini merupakan yang pertama sejak Maret 2020 atau empat tahun lalu saat awal pandemi Covid-19.

Seperti diketahui, The Fed mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di level 5,25-5,50% pada September 2023-Agustus 2024 atau lebih.

Baca:
Ramalan Terbaru: Rupiah Bisa Hantam Dolar Sampai ke Rp 14.800

The Fed meyakini inflasi AS sudah bergerak menuju target kisaran mereka di angka 2% sehingga memangkas suku bunga. Namun, faktor utama dari pemangkasan sebesar 50 bps adalah tingkat pengangguran AS yang melambung.

"Mengingat kemajuan dalam inflasi dan keseimbangan risiko, Komite memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebesar 50 bps," tulis The Fed dalam website resmi mereka.

Pemangkasan Suku Bunga Kali Ini Akan Berlanjut

Anggota FOMC melihat suku bunga acuan The Fed ada di 4,4% pada akhir tahun ini, setara dengan 4,25%-4,5%. The Fed akan menggelar pertemuan FOMC kembali pada 7 November dan 18 Desember 2024.

Sementara itu untuk 2025, The Fed memproyeksikan suku bunga berada di 3,4%. Angka ini mengindikasikan adanya pemotongan 100 bps atau 1%. Pada 2026, suku bunga diharapkan turun menjadi 2,9% atau dipangkas 50 bps.

Pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin jarang terjadi dalam sejarah The Fed.
Pada periode 1994-2024 atu dalam 30 tahun terakhir, The Fed hanya memangkas suku bunga 50 bps atau lebih dalam kondisi darurat atau krisis yakni pada 2001 saat terjadi krisis bubble internet atau gelembung dot-com.

Pemangkasan 50 bps dan lebih juga dilakukan saat ekonomi AS dilanda krisis subprime Mortgage pada 2007-2008. Pemangkasan sebesar 150 bps dilakukan pada Maret 2020 saat seluruh dunia dihantam pandemi Covid-19.

S&P 500 dan Dow Jones Cetak Posisi Tertinggi

IHSG memiliki dorongan untuk kembali menguat dari pasar saham AS yang menjadi salah satu acuan bursa saham dunia.

Saat Wall Street menguat, biasanya akan diikuti oleh bursa saham lainnya termasuk Indonesia. 

Baca:
Impor Susu Bengkak, Bagaimana Nasib Program Susu Gratis Prabowo?

Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 naik ke level tertinggi sepanjang masa, karena para pelaku pasar menyambut baik keputusan Federal Reserve pada hari Rabu untuk menurunkan suku bunga sebesar setengah poin persentase.

Indeks 30 saham naik 522,09 poin, atau 1,26%, berakhir di 42.025,19, menandai penutupan pertamanya di atas ambang batas 42.000. S&P 500 naik 1,7% untuk ditutup di 5.713,64, melampaui angka 5.700 untuk pertama kalinya.

Menanti Keputusan Moneter Bank Sentral Jepang

Bank Sentral Jepang atau Bank of Japan (BoJ) diperkirakan akan tetap bertahan dan menunggu bagaimana dinamika inflasi berkembang sebelum memutuskan kapan harus menaikkan suku bunga lagi. Angka inflasi konsumen Jepang untuk bulan Agustus juga akan dirilis pada hari ini.

Para ekonom memperkirakan tingkat inflasi inti tahunan akan naik menjadi 2,8% dari 2,7% pada Juli, yang akan menandai kenaikan keempat berturut-turut dan mendorong inflasi lebih jauh di atas target 2% BoJ.

Pengaruh politik mungkin juga memengaruhi pemikiran pejabat BoJ. Sanae Takaichi, Menteri Keamanan Ekonomi Jepang dan kandidat utama dalam pemilihan kepemimpinan partai yang berkuasa, telah memperingatkan BOJ agar tidak menaikkan suku bunga.

BoJ mengakhiri suku bunga negatif pada bulan Maret dan menaikkan suku bunga jangka pendek menjadi 0,25% pada bulan Juli, yang menandai perubahan besar dari program stimulus selama satu dekade yang bertujuan untuk memacu inflasi.

Baca:
Madu Indonesia: Rasanya Manis, Nasibnya Pahit
Suku Bunga BoJFoto: Refinitiv
Suku Bunga BoJ

Bank Sentral China Segera Pangkas Suku Bunga

Sementara itu, People's Bank of China (PBOC) diperkirakan akan memangkas suku bunga kebijakan utama dan suku bunga pinjaman acuannya. Hal ini didorong oleh pemotongan suku bunga besar-besaran The Fed yang mengurangi beberapa risiko penurunan tajam yuan.

Tantangan ekonomi yang dihadapi otoritas China kini sudah cukup dikenal. Ini termasuk krisis sektor properti yang mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk diselesaikan, memicu ancaman deflasi, dan pertumbuhan PDB yang kemungkinan akan jauh dari target 5% Beijing.

Agar pertumbuhan, sentimen investor, dan harga aset dapat pulih secara signifikan, dibutuhkan stimulus moneter dan fiskal besar-besaran. Namun, tanda-tandanya menunjukkan bahwa hal tersebut tidak akan terjadi, dan Beijing lebih memilih pendekatan bertahap daripada langkah besar seperti 'bazooka'.

Saham-saham Shanghai akan mencatatkan kenaikan mingguan yang langka - hanya yang keempat dalam 18 minggu terakhir - tetapi masih kurang dari 1% dari jatuh ke level yang terakhir terlihat pada Januari 2019.

Suku Bunga ChinaFoto: Refinitiv
Suku Bunga China

Berikut sejumlah agenda dan rilis data yang terjadwal untuk hari ini:

  • Tingkat inflasi Jepang (pukul 6.30 WIB)
  • Tingkat suku bunga Bank Sentral Jepang (pukul 11.00 WIB)

Berikut sejumlah agenda emiten di dalam negeri pada hari ini:

  • RUPSLB: FASW, WEGE
  • RUPST: GUNA

Berikut untuk indikator ekonomi RI :

CNBC INDONESIA RESEARCH

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.

Next Page Dow Jones & S&P Catat Rekor Tertinggi Sepanjang Masa
Pages Next

Read more